SOLO -- Sidang Tanwir Aisyiah tengah berlangsung di Gedung Siti Walidah Universitas Muhammadiyah Solo, Jumat (18/11/2022). Setidaknya ada 165 peserta berasal dari anggota PP, pimpinan, serta utusan pimpinan daerah yang mengikuti agenda tersebut.
Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Siti
Noordjannah Djohantini mengatakan bahwa tanwir kali ini adalah
mengagendakan pengesahan materi Muktamar 48 ‘Aisyiyah dan pemilihan
calon tetap anggota PP ‘Aisyiyah dari 105 calon menjadi 39 calon.
Noorjanah juga mengungkapkan bahwa pelaksanaan tanwir
maupun Muktamar kali ini mungkin berbeda secara teknis. Namun,
Noordjannah menegaskan secara substansial tidak ada yang berubah.
“Secara substansi, Tanwir dan Muktamar ‘Aisyiyah sudah
sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga sebagai regulasi
organisasi.” kata Noordjannah, Jumat (18/11/2022).
Pihaknya juga akan mengupayakan cara melaksanakan
Muktamar ini dengan cara sebaik-baiknya untuk menghindarkan diri dari
kemudharatan di tengah situasi Covid-19. Oleh karena itu, tanwir kali
ini memiliki makna yang luas dan mendalam bagi gerakan Aisyiyah.
“Materi muktamar begitu kaya, memotret berbagai
tantangan kehidupan keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan global, tentu
harapannya ada kemajuan yang menjadi perhatian lebih dalam konteks
kepentingan Gerakan dalam 5 tahun yang akan datang,” terangnya.
Noordjannah menjelaskan, bahwa tema Muktamar 48
‘Aisyiyah ini mengambil tema perempuan berkemajuan mencerahkan per
adaban bangsa'. Menurutnya tema tersebut sangat penting untuk
menunjukkan ikhtiar dan kontribusi perempuan berkemajuan dalam
mencerahkan kehidupan bangsa.
"Tema tersebut merujuk pada visi Gerakan ‘Aisyiyah di
abad kedua sebagaimana tercantum dalam Pokok Pikiran ‘Aisyiyah Abad
Kedua. Terdapat tiga visi gerakan, yaitu Islam Berkemajuan, Gerakan
Pencerahan, dan Perempuan Berkemajuan, yaitu berkembangnya perempuan
berkemajuan di lingkungan keumatan, bangsa, dan ranah global sebagai
insan pelaku perubahan untuk mewujudkan peradaban utama," katanya.
Menurutnya, Noorjanah perempuan berkemajuan bukanlah
sosok fisik. Namun ada di alam pikiran dan kondisi kehidupan yang maju
tanpa mengalami hambatan dan diskriminasi secara struktural maupun
kultural.
“Aisyiyah memiliki pijakan yang kuat untuk mendorong
perempuan menjadi warga perempuan yang maju, di situlah letak ‘Aisyiyah
memperjuangkan kehidupan perempuan, keumatan, kebangsaan, dan
kemanusiaan universal,” pungkas Noordjannah. []
Sumber: Republika
